Sabtu, 10 April 2021

 

PEJUANG COVID

    Pagi itu Irfan baru saja selesai membantu orang tuanya membereskan rumah seperti biasa. Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7.30, itu artinya sebentar lagi Ia akan masuk sekolah untuk belajar. Segera saja Irfan hanya berganti baju atasannya menggunakan seragam, menyiapkan buku tulis dan juga hanpohne yang akan menjadi perantaranya belajar. “Fan! Sarapan!” teriak sang Ibu dari arah dapur. “Iya, Bu! Sebentar!” balas Irfan yang sudah siap di kamar tidurnya.

  Memang sekolah tahun ini sedikit berbeda, di mana siswa-siswi melakukan sekolah secara online atau Daring, itu dikarenakan pandemi covid-19 yang mewabah di dunia membuat segala sesuatu dilakukan di rumah secara online.

Apa yang ditunggu Irfan akhirnya mucul juga, yaitu sebuah pesan dari sang Guru untuk melakukan pertemuan online menggunakan aplikasi zoom dengan kode masuk yang sudah ditentukan. 

   Pelajaran pertama di hari ini adalah matematika. Sungguh sejak pelajaran dimulai dan Pak Sugi, sang Guru matematika menjelaskan materi Irfan tidak bisa memahami apa yang diajarkan. Matematika secara tatap muka langsung saja ia masih kesulitan memahami apalagi sekarang yang harus memahami secara virtual. “Sudah paham anak-anak?” Terdengar suara Pak Sugi yang dibalas oleh anak-anak. “Sudah,Pak!!!”

“Baiklah, silahkan kalian nanti kerjakan soal yang akan saya kirimkan lewat grup wa dan tolong kumpulkan satu jam setelahnya.”

    Jika sekarang Irfan dan teman-teman belajar tatap muka di kelas dapat dipastikan akan ramai dengan sanggahan para murid yang enggan menerima tugas tersebut. “Astagfirulullah, tugas.” Ujar Irfan dengan nada malas. Belum sang Guru menutup pertemuan virtual, tiba-tiba saja akun milik Irfan sudah keluar dari aplikasi tersebut. “HAHHH!!” teriakan heboh keluar dari bibir Irfan.

“Ada apa sampai heboh begitu?” Tanya sang Ayah yang kebetulan lewat di depan kamar Irfan.

“Akunku keluar dari kelas.”

“Mungkin sinyal atau paket datamu yang sudah habis.”

Irfan terdiam dengan raut wajah sedang berpikir. Ia mencoba mengingat kapan dirinya mendapatkan kouta belajar dari pemerintah, sepertinya baru dua hari yang lalu Ia mendapatkannya dan ini bisa dipastikan karena sinyal miliknya yang suka menghilang disaat penting seperti ini. “Sepertinya begitu,Yah. Kalau begitu Irfan mau cari sinyal.”

“Irfan, makan dulu!” ujar sang Ibu mengingatkan sang anak yang baru saja keluar dari kamarnya.

“Iya, Bu.”

***

  Irfan duduk disebuah gubuk dekat persawahan yang sedikit jauh dari rumahnya karena hanya di tempat ini sinyal di handphone miliknya lancar tanpa hambatan apapun. Ia juga tidak peduli dengan penampilannya yang tengah menggunakan atasan seragam dan celana jins karena yang terpenting sekarang adalah mendapatkan sinyal untuk mengerjakan tugas serta masuk di kelas selanjutnya.

   Irfan membuka aplikasi wa dan mendapatkan banyak pesan dari beberapa teman dekatnya. Rata-rata isi pesan dari temannya adalah ingin meminta contekan tugas dari Pak Sugi. “Jangankan mengerjakan, membuka dokumen soalnya saja aku belum lakukan.” Cibir Irfan sedikit kesal ketika melihat pesan-pesan dari temannya tersebut.

Irfan segerah membuka dokumen tugas yang dibagikan oleh Pak Sugi dan mulai mengerjakannya, walau sebenarnya ia tidak memahami materi yang dijelaskan tadi.

Ia hanya bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan menggunakan aplikasi di handphonenya, rasanya ini seperti pembodohan secara perlahan-lahan. Kenapa? Karena semua sudah dimudahkan hanya dengan menekan layar benda berbentuk persegi panjang ini kecuali bagi orang-orang cerdas yang tidak ketergantungan hal seperti ini.

Sebuah pesan masuk dari sang Ibu. Ibunya ingin Irfan pulang dengan membelikan minyak goreng yang ada di minimarket dekat persawahan tersebut. Irfan hanya bisa berdecak sedikit kesal melihat chat tersebut, sejak pandemi melanda pasti ketika belajar akan slalu diganggu dengan pekerjaan membantu rumah dan itu membuat dirinya tidak fokus dalam belajar.

Dalam hati Irfan berharap pandemi ini segerah berakhir agar dirinya bisa bersekolah secara tatap muka supaya tidak ada hal yang mungkin menganggu kegiatan belajarnya dan bisa bertemu kembali dengan teman-temannya. Untuk saat ini Ia hanya bisa berdoa agar semua cepat berakhir dan semua bisa kembali dengan normal.

 

Biodata Penulis:

Nama : Kuni Izzatal Millati

Gmail : kunimillati3@gmail.com

Alamat : Rt 01/ Rw 01, Ngabehan, Sidowangi, Kajoran.

Facebook
0 Blogger

0 komentar: