Sabtu, 10 April 2021

 

PELAJAR TAK BERPENDIDIKAN

Entah mengapa hari ini Aku sangat gembira, mungkin karena banyak murid yang bilang “Pak, nilai ulangan satu kelas semuanya bagus pak, terimakasih”. Dan aku langsung ke kantor guru untuk menginput nilai dan kemudian pulang. ‘Door..’ terkejut diriku mendengar dan melihat para guru berteriak membawa spanduk bertuliskan ‘Guru Berprestasi’. Sungguh senang diriku saat itu. Sampai di depan rumah, “Amad..!” seru orang tuaku, terlihat sedang menanti diriku pulang karena mendengar kabar tentang prestasiku di sekolah, mereka memelukku dengan bangga, begitupula perasaanku. ‘Kring-kring..kring-kring’ terdengar bunyi alaram yang sangat keras, Akupun terbangun dari tidurku, “wahhh ternyata ini hanya mimpi” kata ku, mungkin karena keinginanku dan rasa rindu dengan orang tuaku yang sudah meninggal meninggalkan Aku, nenek dan adikku. Tak lama kemudian Adzan subuh terdengar, bergegas diriku pergi ke masjid.

Matahari yang malu-malu dengan sinarnya, dan embun yang juga masih menyelimuti, membuat pagi itu terasa dingin dan gelap. Bergegas Aku pulang selepas mengaji di TPQ, Dengan masih mengenakan sarung dan peci berbordir bola dunia hijau Aku membantu nenek memasak. Setelah selesai, aku pergi ke kebun dengan mengendong tas yang terbuat dari karung dengan salah satu isinya adalah kertas. Di tengah perjalanan ada seorang yang menyapa diriku “Hai Mad”, dia adalah Akbar mahasiswa jurusaan tarbiyah yang tinggal di dusun sebelah. “Wa’alaikumussalam Bar” jawabku, “Hehehe…Asslamu’alaikum” Akbar tersenyum dengan salah satu tangannya menggaruk kepala karena lupa mengucapkan salam. “Wa’alaikumussalam Bar… Gimana Bar ?” tanya Aku. “Ini ada catatan lagi, kuliahku minggu ini” Akbar memberikan kertas foto kopi yang bertuliskan tentang catatan materi kuliahnya kemarin kepadaku. Seperti biasanya Akbar memang selalu seperti itu, ia tau bahwa aku bercita-cita menjadi seorang guru madrasah tetapi aku tidak mampu dalam urusan biaya dan aku hanya mampu menyekolahkan adikku saja, karena itu Akbar ingin membatuku meraih cita-citaku dengan cara memberikan catatan kuliahnya dalam bentuk foto kopi kepadaku tanpa pamrih. “Alhamdulillah terimakasih Bar..“ ucap tulusku sambil menerima kertas tersebut dan kemudian aku masukkan ke tas bersama dengan kertas-kertas lainnya yang selalu Akbar berikan setiap akhir pekannya. “Sekali lagi terimakasih Bar, aku duluan ya aku mau ke kebun, “Assalamu’alaikum“ kata Aku sembari melambai tangan dan meninggalkan Akbar, “Baik Wa’alaikumussalam“ jawab Akbar juga meninggalkan Aku.

Sejuk kupandang hijaunya daun yang kini terlepas dari embun karena pagi yang mulai menghilang, bergegas diriku mencabut ubi ungu yang kutanam di kebunku dengan sesekali kubaca dan dan kupahami kumpulan kertas yang dari Akbar. Setelelah selesai akupun pulang dengan membawa ubi tersebut, ‘Brruuuk..’ seorang lelaki berbaju PNS tak sengaja menyerempet diriku dengan sepedanya di tepi jalan tanjakan dekat dengan kebunku. “Maaf dek, bapak tidak sengaja karena remnya blong, adek tidak apa-apakan dek?” Bapak tersebut meminta maaf sembari mengambil ubi dan kertasku yang jatuh.”Tidak pak saya baik-baik saja” jawabku. “Eh ini..?” Bapak tersebut mengambil dan melihat kertasku yang terjatuh. “Ada apa Pak?” tanya diriku. “Tidak apa-apa dek” jawab Bapak. Setelah selesai mengumpulkan ubi dan kertas yang jatuh, kemudian bapak tersebut pergi dan akupun pulang. Dipejalanan pulang aku bertemu dengan Zuda, ia adalah teman IPNU sedusunku ia juga mahasiswa di kampus ternama. “Nanti kumpul IPNU diwaktu dan tempat seperti biasa, da..” kata Zuda, “Baik…Wa’alaikumussalam” responku. Seperti itulah Zuda, selalu sombong, otoriter, dan hanya memikirkan cinta lawan jenis. tapi aku tak membencinya. Kemudian aku teruskan perjalananku pulang.

Waktu menunjukan pukul tujuhbelas, secepatnya aku pergi kumpul IPNU. Sampai disana langsung dimulai perkumpulannya, singkat cerita perkumpulan ini membahas tentang agenda untuk piknik ke luar kota satu minggu lagi. Setelah selesai akupun pulang dengan gembira. Azan maghrib berkumandang waktunya aku pergi kemasjid dan mengaji. Hari itu aku mengaji kitab, pak Kyai menerangkan bahwa kita harus mementingkan Akhirat dahulu dan insyaalah duniawi akan mengikuti, ini adalah ilmu baru yang akan selalu ku ingat.

Pagi ini aku dan adikku bangun lebih awal, membantu nenek memasak kue ubi untuk dijual seperti biasanya. Karena nenek tau bahwa aku ada agenda piknik, nenek ingin memberikan keutungan penjualan kepadaku untuk membayar iuran piknik. Akupun tidak begitu setuju tapi Adikku setuju dan tidak marah dengan hal itu, karena adikku sekolah dengan beasiswa yang dulu aku peroleh waktu lulus SMP tetapi aku lebih memili untuk memberikan beasiswa itu kepada adikku dan kuputuskan aku tidak melanjutkan.

Pagi hari-H agenda piknik IPNU, berpeci hitam terlihat dekapan yang sangat erat dengan kitab yang nyaman di dada, aku pulang setelanh mengaji. Tak kusangka kitabku jatuh dan hanyut di sungai, sedih dan bingung. Sampai dirumah teringat kata pak Kyai, dan kuputuskan tidak ikut piknik dan menggunakan uangnya untuk membeli kitab. Kemudian aku berwudhu dan sholat dhuha, sembari mendoakan kelancaran IPNU yang berpiknik. Sore ini aku pulang dari mengaji, “Assalamu’alaikum dek ini bapak yang nyrempet kamu, madrasahku sedang membutuhkan dua orang guru, apakah adek mau ? saya tau adek selalu belajar sembari bekerja, karena saya sering lihat ketika melewati kebunmu.” Ujar pak PNS. “Wa’alaikumsalam, benarkah ini pak ?” aku terkejut dan gembira. “ iya benar, saya tau dari Zuda keponakan bapak  kalau kamu hanya lulusan SMP, tapi bukan lulusan tinggi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru, melainkan niattan dan ilmu, besok bisa langsung menemuisaya di madrasah dusun sebelah.” Kata pak PNS. “Alhamdulillah, baik pak terimakasih.” Bersyukurnya diriku. Karena membutuhkan dua guru Aku terpikir untuk mengajak Akbar.

Malam ini Aku pergi ke rumah Akbar memberitahukan hal tadi, karena akbar sudah pulang. Akbarpun gembira dan menerima tawaran tersebut. Paginya Kami pergi ke madrasah tersebut dan kami langsung diterima. Bersyukurnya diriku atas nikmat luar biasa yang Allah.SWT berikan. Dan akhirnya Aku sukses, hidup bahagia bersama adik, nenek dan limpahan yang Allah berikan.

BIOGRAFI PENULIS

Nama : Muhamad Sodikin

Facebook
0 Blogger

0 komentar: