Sabtu, 10 April 2021

 

TEKAD SANG BANYU

Tubuh tegap namun terlihat kurus kering terpantul dalam cermin datar di lemari bajuku. Bibirku terkatup menatap netra hitam milikku, kilasan-kilasan masa lalu hadir menyerang syaraf-syarafku, memori buruk itu datang menguasai tempat berpikir, membuatku meringis merasakan malu. Ketika jalan hidup yang dulu aku lalui ingin kulepas namun semuanya masih tampak sama. Tidak ada yang berubah, aku adalah aku yang dulu, pikir orang-orang itu.Aku hanya manusia yang terjebak akan frasa indahnya masa remaja, yang terjebak dalam ilusi semu nan fana. Aku Banyu, Banyu Anggoro. Aku lahir di Magelang, 2 Mei 2004. Aku tengah mengeyam pendidikan di salah satu SMA di Kabupaten Magelang. Kalian pasti akan terkejut ketika melihat tato di leherku. Tato yang mengingatkan betapa buruknya aku dulu. Apa perlu aku ceritakan bagaimana aku dulu? Ahh tentu saja, tetapi biarkan cerita itu mengalir seperti air, ya seperti nama ku 'Banyu'.

Sudah satu semester aku sekolah di sini namun tidak ada yang mau berteman denganku. Aku memaklumi dan menghargai setiap presepsi, mereka pasti takut aku membawa pengaruh buruk. Kini pembelajaran telah di mulai Pak Rahmat mengintruksikan untuk bekerja kelompok membuat power point yang nantinya akan dipresentasikan. Aku menghembuskan napasku kasar. Mau tidak mau aku harus bekerja dan juga presentasi sendiri. Saat aku beranjak menuju perpustakaan untuk mencari beberapa referensi dari buku-buku lain ada seorang anak berkacamata yang mendekatiku. "Mau bekerja sama denganku?"ajaknya padaku. Aku terdiam bagai patung yang tidak bernyawa. Anak itu memegang pundakku. Aku tersentak sadar, aku mengangguk -anggukkan kepalaku bak anjing penurut. Dikoridor banyak orang yang bergunjing tentangku. Aku diam mencoba bersabar aku tidak ingin merusak semua tekadku.

Setelah ditunggu-tunggu akhirnya datang. Presentasi kami buka dengan berbagai macam salam sebagai bentuk toleransi bahwa bangsa Indonesia itu beragam. Aku mulai menjelaskan bagianku kemudian bergantian dengan Ardi yang menjelaskan bagiannya. "Cukup sekian yang dapat kami sampaikan, apa ada pertanyaan?" tanyaku kepada teman sekelasku. "Bagaimana pendanganmu dengan orang yang dulunya terkenal badboy namun sekarang sok-sok an alim alias goodboy," aku menghela napas dengan pertanyaannya. Aku tau mereka sudah menyiapkan pertanyaan ini jauh-jauh hari. "Bolehkah saya tanya apa itu pelajar? Apakah pelajar memandang badboy ataukah goodboy? Apakah sedangkal itu pemikiran kalian? Saya tidak keberatan jika dijauhi, tapi saya keberatan jika saya dipandang hina oleh kalian." ucapku menarik napas sejenak."Saya sudah mencoba berubah, saya hilangkan kebiasaan buruk saya. Saya mencoba memperbaiki diri." ucapku lagi sambil menatap teman-teman sekelasku. "Saya sudah bertekad dalam menuntut ilmu. Tolong jangan judge saya hanya karena masa lalu saya. Itu semua hanya bentuk kekhilafan saya." ucapku serak karena menahan tangis. Baru kali ini aku berani mengeluarkan uneg-uneg di hati. Lega. Satu kata yang menggambarkan keadaanku sekarang.  Pak Rahmat yang mendengar penjelasanku tersenyum lebar seolah-olah ia menantikan semua ini sejak lama."Pertanyaan terakhir, bagaimana perasaanmu dulu dan juga sekarang?" tanya Pak Rahmat kepadaku."Perasaanku dulu sakit, kecewa, sedih, dan juga marah hikss....." runtuh sudah pertahananku. Aku sudah tidak peduli dengan semua orang yang menganggapku cengeng atau apa. " Aku hanya ingin mencari perhatian hiks... Tapi aku tidak sadar hikss... Jika caraku justru menghancurkan image seorang hikss Pelajar." jawab ku."Dan perasaanku hari ini sangat-sangat lega. Hatiku seperti melayang terbawa angin malam. Sungguh semuanya kini tampak ringan." ucapku sambil tersenyum lebar menatap Pak Rahmat. Hingga suara gemuruh tepukan dari teman-teman terdengar. Pak Rahmat merengkuhku.Aku terkekeh mendengar bisikannya. Hatiku juga berdesir, rasa hangat menyerbu hatiku yang mulai terbentuk kembali. Rasa bahagiaku menguar menyebar sampai keujung dunia. Oke aku berlebihan. Tapi sungguh semuanya seperti mimpi. Hanya karena perkara presentasi 'menuntut ilmu' aku bisa menjelaskan semua masa laluku. Semua perasaanku.   

BIOGRAFI PENULIS

ALMA SEPTIANI_WADAS,KAJORAN_MAGELANG 05-09-2004_ 087837086368_@sptya_all / @almaseptya_594_

Facebook
0 Blogger

0 komentar: