PEJUANG COVID
Pagi
itu Irfan baru saja selesai membantu orang tuanya membereskan rumah seperti
biasa. Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7.30, itu artinya sebentar
lagi Ia akan masuk sekolah untuk belajar. Segera saja Irfan hanya berganti baju
atasannya menggunakan seragam, menyiapkan buku tulis dan juga hanpohne yang
akan menjadi perantaranya belajar. “Fan! Sarapan!” teriak sang Ibu dari arah
dapur. “Iya, Bu! Sebentar!” balas Irfan yang sudah siap di kamar tidurnya.
Memang sekolah tahun ini sedikit berbeda, di
mana siswa-siswi melakukan sekolah secara online
atau Daring, itu dikarenakan pandemi covid-19 yang mewabah di dunia membuat
segala sesuatu dilakukan di rumah secara online.
Apa yang
ditunggu Irfan akhirnya mucul juga, yaitu sebuah pesan dari sang Guru untuk
melakukan pertemuan online menggunakan
aplikasi zoom dengan kode masuk yang
sudah ditentukan.
Pelajaran pertama di hari ini adalah
matematika. Sungguh sejak pelajaran dimulai dan Pak Sugi, sang Guru matematika
menjelaskan materi Irfan tidak bisa memahami apa yang diajarkan. Matematika
secara tatap muka langsung saja ia masih kesulitan memahami apalagi sekarang yang
harus memahami secara virtual. “Sudah
paham anak-anak?” Terdengar suara Pak Sugi yang dibalas oleh anak-anak. “Sudah,Pak!!!”
“Baiklah,
silahkan kalian nanti kerjakan soal yang akan saya kirimkan lewat grup wa dan
tolong kumpulkan satu jam setelahnya.”
Jika sekarang Irfan dan teman-teman belajar
tatap muka di kelas dapat dipastikan akan ramai dengan sanggahan para murid
yang enggan menerima tugas tersebut. “Astagfirulullah, tugas.” Ujar Irfan
dengan nada malas. Belum sang Guru menutup pertemuan virtual, tiba-tiba saja akun milik Irfan sudah keluar dari aplikasi
tersebut. “HAHHH!!” teriakan heboh keluar dari bibir Irfan.
“Ada apa sampai
heboh begitu?” Tanya sang Ayah yang kebetulan lewat di depan kamar Irfan.
“Akunku keluar
dari kelas.”
“Mungkin sinyal
atau paket datamu yang sudah habis.”
Irfan terdiam
dengan raut wajah sedang berpikir. Ia mencoba mengingat kapan dirinya
mendapatkan kouta belajar dari pemerintah, sepertinya baru dua hari yang lalu
Ia mendapatkannya dan ini bisa dipastikan karena sinyal miliknya yang suka
menghilang disaat penting seperti ini. “Sepertinya begitu,Yah. Kalau begitu
Irfan mau cari sinyal.”
“Irfan, makan
dulu!” ujar sang Ibu mengingatkan sang anak yang baru saja keluar dari
kamarnya.
“Iya, Bu.”
***
Irfan duduk disebuah gubuk dekat persawahan
yang sedikit jauh dari rumahnya karena hanya di tempat ini sinyal di handphone
miliknya lancar tanpa hambatan apapun. Ia juga tidak peduli dengan
penampilannya yang tengah menggunakan atasan seragam dan celana jins karena
yang terpenting sekarang adalah mendapatkan sinyal untuk mengerjakan tugas
serta masuk di kelas selanjutnya.
Irfan membuka aplikasi wa dan mendapatkan banyak pesan dari beberapa teman dekatnya.
Rata-rata isi pesan dari temannya adalah ingin meminta contekan tugas dari Pak
Sugi. “Jangankan mengerjakan, membuka dokumen soalnya saja aku belum lakukan.”
Cibir Irfan sedikit kesal ketika melihat pesan-pesan dari temannya tersebut.
Irfan segerah
membuka dokumen tugas yang dibagikan oleh Pak Sugi dan mulai mengerjakannya, walau
sebenarnya ia tidak memahami materi yang dijelaskan tadi.
Ia hanya bisa
mengerjakan soal-soal tersebut dengan menggunakan aplikasi di handphonenya,
rasanya ini seperti pembodohan secara perlahan-lahan. Kenapa? Karena semua
sudah dimudahkan hanya dengan menekan layar benda berbentuk persegi panjang ini
kecuali bagi orang-orang cerdas yang tidak ketergantungan hal seperti ini.
Sebuah pesan
masuk dari sang Ibu. Ibunya ingin Irfan pulang dengan membelikan minyak goreng
yang ada di minimarket dekat persawahan tersebut. Irfan hanya bisa berdecak
sedikit kesal melihat chat tersebut, sejak pandemi melanda pasti ketika belajar
akan slalu diganggu dengan pekerjaan membantu rumah dan itu membuat dirinya
tidak fokus dalam belajar.
Dalam hati Irfan
berharap pandemi ini segerah berakhir agar dirinya bisa bersekolah secara tatap
muka supaya tidak ada hal yang mungkin menganggu kegiatan belajarnya dan bisa
bertemu kembali dengan teman-temannya. Untuk saat ini Ia hanya bisa berdoa agar
semua cepat berakhir dan semua bisa kembali dengan normal.
Biodata Penulis:
Nama : Kuni
Izzatal Millati
Gmail : kunimillati3@gmail.com
Alamat : Rt 01/
Rw 01, Ngabehan, Sidowangi, Kajoran.