Sabtu, 07 April 2018

Pilih Cadar atau Konde?

sumber : istimewa
Pagi tadi kelas masih sunyi. Hanya ada aku dan satu orang temanku di kelas. Suasana masih sangat sepi. Kira-kira pukul 06 lebih, namun sekolah kami masih belum banyak siswa yang berangkat.


Tatkala aku melihat wall di akun facebook ada gambar yang menarik, yakni pertanyaan pilihan antara cadar atau konde. Aku pun sempat iseng bertanya kepada kawanku tersebut.

"Menurutmu ini bagaimana? Kamu pilih cadar atau konde?" Tanyaku padanya.

"Ya, jelas pilih cadar" jawab ia dengan santai.

Sebenarnya tidak maslah, semua orang memiliki hak untuk memilih. Akan tetapi, coba kita pikir lebih mendalam lagi. Indonesia adalah negara kultural, ribuan atau bahkan jutaan budaya berkembang di tanah Nusantara ini. Indonesia tidak hanya ada satu agama saja, melainkan bermacam-macam agama dan kepercayaan ada di sini. Namun beratnya menjadi manusia adalah, terkadang seseorang tidak mau menghargai segala perbedaan yang ada. Padahal, perbedaan itu diciptakan oleh Tuhan agar kita saling mengenal dan bersatu demi merajut tali persaudaraan.

Konde atau Cadar ?

Sebenarnya berat aku katakan ini. Tetapi dari hati kecilku memberontak. Aku memilih konde, bukan cadar. Kalaupun aku mengagumi wanita-wanita yang bercadar, akan tetapi aku lebih cinta kepada wanita-wanita yang berkonde. Kenapa? Lihatlah betapa anggunnya wanita indonesia. Betapa eloknya tusuk konde yang dikenakan di rambut hitamnya yang indah itu walau itu tidak menutup aurat (dalam Islam). Tapi, inilah negeri kita, jangan hanya menilai luarnya saja, akan tetapi nilailah hatinya, ketulusannya dan keramahannya. "Inilah Indonesia, bung. Jangan lupa bahwa jaman perjuangan dahulu kala wanita Indonesia berkonde, bukan bercadar. Berkerudung, bukan bercadar".


Aku bukan bermaksud membandingkan cadar dengan konde, bukan juga bermaksud membenci atau menjelekkan salah satu dari keduanya. Tapi lihatlah, ini indonesia, dan inilah ciri khas wanita Indonesia. Sekilas hampir sama dengan cadar. Cadar budaya Arab, ciri khas bangsa Arab.


Intinya, kita boleh saja mengagumi budaya asing. Tetapi, cintailah budaya negeri sendiri. Kita boleh saja beranjak ke negeri asing, tetapi jangan pernah sesekali lupakan negeri sendiri. Karena terkadang, rumput tetangga terlihat lebih sejuk, hijau nan elok dibanding rumput sendiri.


Selamat datang di Indonesia.

Negeri dimana wanita berkonde berjalan elok kesana kemari 

Dengan lantunan suara halus lembut dan mempesona luluhkan hati.


Selamat datang di Indonesia

Negeri 1001 budaya 
Negeri mempesona, pelangi katulistiwa.


Salam Damai Selalu Negeriku !



Vinanda Febriani. Borobudur, 7 April 2018.
Facebook
0 Blogger

0 komentar: