Sabtu, 10 April 2021

 GARIS HIJAU

    Jam 6 pagi aku bersiap untuk menjalani hari, ku ambil pena dan buku ku yang sudah lusuh, setelah mengenakan pakaian aku langsung menuju kedepan ku tatap genangan air dari hujan tadi malam, terlihat bayangan diriku, aku teguhkan diriku untuk menjalani hari.

    Aku ingin bersama ibu !! buuuuu!!!” aku sudah tidak dapat menahan tangisku “tenang nak… kuatkan dirimu, semuanya akan baik – baik saja” ibupun mulai bernyanyi untuk menenangkan ku “ajaib benar… anugerah pembaru hidupku... ku hilang buta bercela… olehNya ku sembuh…”  suara gemuruh semakin mendekat, aku mereasakan bahwa lemari sudah mulai bergeser dan mulai menggelinding, suara ibu sudah tidak terdengar lagi “tuhan.. aku mohon selamatkan ibuku.. tuhan engkau adalah tempatku berkaca, engkau perisai dan pedangku..” terasa semakin kencang aku terbawa longsor, kepalaku mulai terbentur-bentur lemari sampai akhirnya longsor tersebut berhenti, aku mencoba mendobrak pintu lemari tapi sedikitpun tidak dapat bergerak, tanah sedikit demi sedikit masuk kedalam lemari, menandakan aku tertimbun. “bu!!!!! Ibu!!!! Tolong.. siapapun??!!!!” gelap.. pengap.. yang bisa kulakukan hanya menunggu. Kata orang kesendirian itu anugrah, berjam – jam aku terjebak dalam lemari ini, yang terlintas dalam benakku adalah bagaimana keadaan ibu, ibu adalah satu – satunya yang kumiliki. “srek.. srek..” ada suara seperti orang mecangkul aku memukul mukul lemari berharap seseorang mendengarku, suara tersebut semakin mendekat sampai “thuck!!” cangkul tersebut mengenai lemari “sepertinya ada orang di lemari sini cepat buka !” pintu lemari terbuka, sinar lampu senter menyilaukan mataku, walaupun pintu sudah terbuka aku tidak dapat bergerak aku tidak dapat merasakan kakiku yang tertekuk terlalu lama, akupun diangkat menggunakan tandu menuju tempat pengungsian “ibu…? ibuuu…? ” kataku lirih, “shhh… kita ke tenda dulu ya” kata seseorang disamping kananku dia mengenakan kaos hitam dan oranye, aku tidak melihat jelas.. tapi terlihat sebuah logo segi lima berwarna hijau di kaos tersebut. dalam tenda aku dibaringkan dalam sebuah matras dan diperiksa, aku merasakan kesemutan di kedua kakiku “Alhamdulilah dik.. kamu tidak apa – apa” “puji tuhan.. termiakasih mas” balasku “oh iya dik.. nama ibumu Ilana kan? Beliau tidak apa – apa” aku sangat lega mendengarnya akupun meminta relawan tersebut untuk mengantarku ke ibu “ibumu ada disini, kami sediakan ruangan khusus karena sedang sakit” aku masuk dalam ruangan tersebut, ibu sedang berbaring didampingi dua orang sedang merawat ibuku, dua orang tersebut mengenakan batik, dalam batiknya tertuliskan IPNU. “ibu ?? kenapa ibu tega melakukannya bu?” aku bergegas memeluk ibuku “puji tuhan,, kamu selamat..” air mata kami mengalir tidak terbendung, sambil terisak – isak ibu berkata “ibu harus melakukanya nak.. ibu akan lakukan apapun untuk melindungimu..” aku memeluk ibuku dengan sangat kencang “aku tidak mau kehilanganmu… ibu…”. Aku melamun diluar tenda pengungsian setelah melalui badai datanglah cuaca yang cerah, sambil ku tatap langit yang penuh dengan bintang, aku berharap hidupku dapat berubah seperti badai ini. “hari yang berat hah??” kutengok relawan yang menolongku tadi diapun duduk disampingku. “cara kerja dunia ini lucu..” kataku “kenapa aku selalu menderita..? apa benar yang dikatakan ayah ini hanya cobaan? Yang aku inginkan hanya keselamatan dan kesempatan untuk belajar.. Kenapa yang kaya selalu mendapatkan yang mereka inginkan, tapi aku si miskin selalu kehilangan yang aku butuhkan?  Apa benar tuhan itu adil !? apa benar tuhan it- ” relawan tersebut menepuk pundakku “jangan putus harapan dik.. Allah tidak akan menguji hambanya melebihi kemampuannya, InshaAllah hari esok akan lebih baik.. yang kita perlukan hanya bersabar..” kata relawan tersebut “oh iya dik.. adik boleh main ke sekretariat IPNU kami.. di sana ada beberapa buku yang bisa adik pinjam untuk belajar” aku terkejut, bingung dan sekaligus bahagia mendengarnya “betul mas?? Kita kan belum saling kenal? Sungguh aku tidak tau harus berkata apa, terimakasih banyak mas. Mas benar benar seorang santo, semoga tuhan selalu memberkati mas" relawan tersebut kemudian menjulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya “Namaku Adnan… Muhammad Adnan..” 


  BIOGRAFI PENULIS

Juara 1 Lomba Cerpen HARLAH IPNU 67 & IPPNU 66, bernama Zahra Maulida Salsabila. Lahir di Magelang tanggal 28 April 2004 dan beralamat di Bangsri, Kajoran, Magelang.

Facebook
0 Blogger

0 komentar: